Selasa, 22 Januari 2013

cerita cerita cinta romantis dan mengharukan



kulepas kau dengan ikhlas
Bismillahir-Rahmanir-Rahim ... Kukenal dia ketika aku semester awal S1 di fakultas ekonomi pada salah satu Universitas Swasta terbesar . Nisa (nama samaran). itulah namanya, kesanpertama yang kudapatkan tentangnya. Subhanallah Allah menganugrahkan keelokan padanya dengan mengindahkan rupanya. Nisa gadis yang sangat cantik, kulitnya putih bersih, wajah yang begitu sempurna dengan tahi lalat di matanya. Bolamata yang indah dengan pancaran kecerdasan yang begitu jelas. Dia juga sangat wangi, wangi yang sangat lembut, yang sampai sekarang masih mampu kuingat. Penampilannya sama dengan teman-teman kuliahku, jilbab kecil tipis yang dililit atau dipeniti dengan sangat rapi, dia sangat suka menggunakan jilbab merah dan pink, sangat cocok dengan kulitnya yang putih.

Awalnya aku hanya mampu mengaguminya sebagai teman yang cantik dan pintar. Namun aku tak begitu tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Bukanku minder, namun pola pikir kamiyang kurasa berbeda. Selain itu aku mendengar dari beberapa temanku, kalau Nisa anaknya sombong dan individualis. Padahal kegiatan dikampus terutama di Laboratorium membutuhkan kerjasama dalam tiem dan kelompok. Ada pula yang mengatakan kalau dia sok pinter dan gak mau disaingi.

Hal ini yang membuatku agak enggan mengenalnya lebih jauh. Hal lainnya karena aku seorang akhwat, selain dunia kampus, akupun disibukkan dengan teman2 dimana-mana dan juga kerja tim. Membuat waktuku betul-betul terkuras, sehingga kawan yang ku kenalpun hanya mereka yang juga bergelut didunia hura hura.

Namun aku kemudian merasa ada yang kurang dengan keseharianku, aku merasa dakwah yg kudengar pada teman-teman yang pada dasarnya ku temui tiap hari sangatlah kurang. Padahal setiap harinya ku mengisiliqo dan membuat ta’lim dengan menghadirkan orang-orang yang tak kukenal.

Lalu bagaimana mungkin teman-teman bahkan sahabatku dikampus tak tersentuh dengan kata2 dosen ku. Maka kumulai melirik mereka, membuat kajian jum’at dikampus dan akupun bergabung di BEM fakultasku.

Ada yang menarik dalam tiap kajian jumat yang aku adakan. Yah, aku selalu menemukan sosokNisa di sana. Bahkan terkadang dia datang lebih dulu dari teman-teman yang lain yang notabene akhwat. Satu hal yang ku ingat darinya, dia selalu shalat tepat waktu. Terkadang aku malu, ketika di lab aku kadang begitu antusias melakukan praktikum, sehingga kadang aku mengabaikan azan Dzuhur atau azar, maka Nisa pasti selalu menhampiriku dan membisikkan padaku kalau telah azan lalu mengajakku ke masjid atau ruang shalat di Lab, dan memintaku untuk meletakkan gelas atau pereaksi  dari tanganku itu. Nisa, semakin membuatku penasaran.

Aku semakin tertarik mengenalnya lebih dekat, Alhamdulillah Allah memberiku kesempatan mengenalnya lebih jauh. Pada suatu semester baru, aku ditempatkan satu kelompok dengan Nisa. Kelompok praktikum untuk matakuliah yang sangat susah dan membutuhkan banyak waktu dalam menyelesaikan laporan dan tugas. Akhirnya kami memutuskan untuk mengerjakan tiap hari tugas itu di rumah Nisa, yang kebetulan mempunyai referensi buku yang lumayan banyak. Jadilah aku tiap hari kerumahnya. Nisa gadis yang sangat bersih, rapi, dan teratur. Aku malu jika membandingkan kamarku dengan kamarnya, hehe..aku berantakan, dan seenaknya meletakkan barang, tapi Nisa, dia bahkan melipat tiap kantong pelastik di rumahnya dan menyimpannya pada kardus kecil, sangat rapi.

Nisa mempunyai seorang kakak laki-laki, itu aku tahu ketika melihat foto keluarga pada bingkai kecil di kamarnya. Nisa tinggal berdua dirumah itu dengan kakaknya, sedangkan orangtuanya tinggal dikampung. Namun ketika ku tanyakan tentang kakaknya, dia terlihat murung, dia Cuma mengatakan kalau kakaknya tidak begitu dekat dengannya. Akupun tak mau terlalu mendesaknya untuk bercerita, aku tak mau membuatnya tak nyaman.. Namun aku cukup terkejut ketika tak sengaja aku melihat belasan botolobat didalam lemarinya, ketika kutanyakan, dia Cuma tersenyum dan mengatakan hanya vitamin biasa.

Aku dan Nisa semakin akrab sejaksemester itu, dan sejak itu tak jarang dia curhat padaku. Tentang semuanya, tentang teman-temanya yang menganggapnya sombong, tentang keluarganya, tentang pacar-pacarnya, aku termasuk akhwat yang tak suka mendoktrin teman-temanku tentang larangan pacaran, kubiarkan mereka bercerita padaku tentang itu, lalu aku mengikuti tiap perkembangan hubungan mereka, sehingga akupun mendapat kepercayaan mereka, barulah ketika mereka mulai bermasalah dengan pacarnya atau mempertanyakannya pendapatku tentang pacaran, baru aku menyelipkan nasihat-nasihat tentang itu, sehingga obrolan yang pada dasarnya nasihat itu lebih berkesan diskusi atau curhat buat mereka dan aku tak sok menggurui, dan tak sedikit akhirnya temanku memutuskan pacarnya dengan trik seperti ini hehe.. tapi ini rahasia yah.. Hingga suatu hari, pada awal semester baru lagi, aku dan Nisa sepakat untuk memprogram matakuliah yang semester lalu belum kami ambil, jadinya kami berdua harus kuliah denga yunior. Kuliahpun kami pilih hari sabtu pagi sebelum kuliah bahasa inggris, hari yang bebas parktikum untuk kelas kami. Nisa punya kebiasaan untuk janjian denganku pada malam sabtunya lewat sms, dia akan menanyakan apakah aku akan ikut kuliah besok? Jika tidakdiapun malas untuk datang… hemm kebiasaan buruk, tapi juga wajar, mana ada yang betah kuliah dengan yunior

Suatu pagi dihari sabtu, selepas kami kuliah, sambil menunggu dosen dan teman-teman yang belum datang, kuliah berikutnya yaitu bahasa arab, aku duduk berdua dengan Nisa di depan kelas. Ruang kuliah sangat sepi, hanya ada aku dan Nisa yang datang cepat karena ada kuliah pagi. Waktu itu langit sangat mendung, bahkan gelap, pertandahujan deras akan segera mengguyur kota  siang itu. Ada yang berbeda dari Nisa yang biasanya ceria, pagi itu dia diam dan sedikit murung, matanyasembab sangat jelas dia baru sajamenangis. Aku lalu bertanya padanya ada apa? Dia hanya diam, dan menggeleng, akupun mendesaknya untuk bercerita. Hingga akhirnya dia lalumenyingkap roknya dan memperlihatkan betisnya. Allah, aku terkejut, begitu banyak memar di betisnya, lalu dia memperlihatkan lengannya, kulit putihnya kini berhiaskan lebam-lebam biru kehijauan. Ada apa denganmu teman?

Dia lalu bercerita, kalau sejak kecil dia menderita Epilepsi (ayan),jika penyakitnya kumat, kepalanya seakan dialiri jutaan watt listrik, begitu sakit sehingga jika dia tak tahan sakitnya, diapun kejang-kejang tak sadarkan diri, di beru saja tadi pagi kambuh di kamar mandi ketika sedang mencuci, beruntungkakaknya masih di rumah, sehingga dia segera tertolong.

Semua badanya lebam dan memarkarena terbentur tembok dan barang-barang saat kejang-kejang. Dia bercerita sambil menangis, dia harus menelan puluhan tablet penenang tiap harinya, yang jika terlambat sedikit saja dia konsumsi, akan membuat penyakit epilepsinya kambuh. Selain itu, tekanan dan kecapaianpun dapat menyebabkannya kumat. Dia malu jika penyakitnya kambuh ditengahbanyak orang, bagaimana jika auratnya terbuka ketika dia tak sadarkan diri ketika kejang, dan itu telah sering terjadi. Dia lelah, kadang dia mempertanyakan kepada Allah, kenapa mesti dia yang mengalaminya, dia punya banyak cita-cita, ingin mempunyaiapotek, ingin bekerja di Balai POM,dia ingin segera menikah dan punya anak. Namun ketika ia menyadari Epilepsi yang dideritanya dapat merenggut nyawanya kapan saja, dia lalu menangis dan sangat sedih.

Lalu kembali pertanyaan itu hadir, kenapa harus dia? Kenapa bukan orang-orang yang selama hidupnya hanya berbuat sia-sia dengan maksiat? Kenapa bukan orang yang tak menghargai hidupnya yang selalu ingin bunuh diri hanya dengan masalah picisan? Aku ingin lebih baik, masihbanyak hal yang ingin aku capai. Dia mengatakan padaku satu hal yang tak akan pernah kulupakan.“Aztri, kamu tahu? Kenapa selamaini begitu masuk azan, aku akan bergegas shalat, karena aku takut, jika aku menunda shalatku,lalu kemudian ternyata Allah membuat penyakitku kumat, dan lalu aku mati sebelum menunaikanshalat. Penyakitku pisa kambuh kapan saja, itu berarti aku dapatdiambilNya kapan saja” katanya dengan isak tangis.

Sungguh, pemikiran yang sederhana, namunmampu menghempaskanku ke titik nol. Aku yang begitu paham makna takdir dan ajal, namun takpernah memikirkan dengan begitunyata. Aku kadang berfikir Ajalku masih sangat jauh, bahkan kadang tanpa aku sadari aku merasa hanya orang lain yang akan mengalami kematian. Bukan, bukannya aku tak percaya ajal, tapi ada kalanya kita begitu tenggelam dengan dunia sehinggakemudian melupakan tamu yang dapat datang kapan saja itu.. ajal… kematian..

Lalu Nisa pun mengatakan padaku, “Aztri, aku takut mati, aku takut tak mampu mempertanggung jawabkan perbuatanku selama hidup ini. Apayang harus kukatakan pada Allah nanti. Aku mau mati dalam keadaan terbaikku, tapi bagaimana jika penyakitku kumat di kamar mandi, seperti tadi pagi?Aku tak mau mati di kamar mandi,tempat yang kotor, bagaimana jika aku dalam keadaan aurat yang terbuka, aku malu menemui Allah dengan keadaan seperti itu. Bagaimana jika Allah mengambilku ketika aku serangan dan aku takmampu menyebut namanya karena dalam keadaan tak sadar? Aku tak mampu menahan air mataku, akupun ikut menangis.Baru kali itu aku merasa kematianbegitu dekatnya. Tanpa sadar dalam hati aku berdoa “Ya Rabb, penguasa Alam semesta, barilah akhir yang baik pada kami..”

Sejak itu aku semakin dekat dengan Nisa, dia pun mulai mengikuti tarbiyah, dia mulai memanjangkan jilbabnya, yang tadinya dia lilit, kini dia mulai menutupkan ke dadanya. Kemana-mana aku bersamanya. Teman-temanpun heran melihatnya, bagaimana mungkin aku bisa tiba-tiba akrab dengannya.

Pada suatu sabtu pagi, aku ke kampus seperti biasa, hari ini ada kuliah dengan Nisa, namun yang aku herankan, sejak semalam akumenunggu sms Nisa, tapi tak ada satupun, akupun meng smsnya apa dia mau kuliah atau tidak, namun smsku pun tak dibalas sejak subuh. Aku piker mungkin pulsanya habis. Sesampaiku di kampus, aku baru tahu kalu sabtu itu ada wisuda, jadi semua kegiatan perkuliahan di tiadakan. Aku mencari Nisa ke mana-mana, dari kelas ke kelas, ku tanyak pada teman-teman apa ada yang melihatnya. Namun tak satupun yang melihatnya pagi itu. Aku lalu berfikir mungkin dia sudah tahu hari ini kuliah diliburkan maka dia tak datang kekampus. Aku pun pulang tanpa memikirkannya lagi.

Namun pada pukul 10 malam. tepatnya malam ahad, ketika akusedang berkumpul dengan keluargaku, tiba-tiba telpon pun bordering, aku mengangkatnya tanpa prasangka apa-apa. Namunternyata yang menelpon adalah temen kuliahku, dia memberitakanberita yang seketika mampu melemaskan semua persendianku..Nisa meninggal dunia, entah jam berapa, namun mayatnya baru ditemukan tadi jam 09.00 malam dalam keadaan kaku dan membiru, tertelungkup di kamarnya. Seolah aku tak berpijak di bumi, langit di atasku seolah runtuh.

Selanjutnya aku langsung menuju kerumahnya ku tahan air mataku seolah ini hanyaberita bohong, aku masih berharap menemukan Nisa di rumahnya dan menyambutku di depan pintu dengan senyuman seperti biasa. Namun sesampiku disana, lorong ke rumahnya telah penuh dengan kerumunan warga setempat, raungan serine ambulans sejak tadi terdengar. Kusingkap kerumunan, orang-orang yang mengenalku dekat dengan Nisa segera memberiku jalan, bergegas ku ke ambulansnya, dankutemukan sosok yang sangat kusayangi, sahabatku Nisa dalam balutan selimut, tubuhnya kaku dengan posisi tak biasa, wajahnyatelah membiru dan bengkak. Allah,apa yang dia khawatirkan terjadi.Nisa sahabatku, ada apa denganmu? Kenapa jadi begini?

Badanku tiba-tiba limbung di depan pintu ambulans, sebuah tangan menangkapku sambil membisikkan istigfar ke telingaku,ternyata dia salah seorang akhwat temanku dikampus. Dibimbingnya aku ke kamar Nisa, ku dapati kamarnya berantakan tak rapi seprti biasa, kertas berhamburan dimana-mana, obat-obatnya berserakan dimana-mana. Salah seorang temanku menceritakan padaku. Nisa baru ditemukan kakaknya tadi ketika dia pulang pukul 09.00malam, tak ada yang tahu pukul berapa Nisa meninggal namun jika melihat kondisi kamarnya, dimana lampu yang masih menyala dan tirai yang masih tertutup, kemungkinan dia meninggal kemarin malam, hari itu dia sendiridi rumah, tak ada yang menemaninya. Barulah ketika kakaknya pulang pukul 09.00 malam dia menelpon dan HPnya berbunyi di kamarnya, tapi Nisa tak mengangkatnya. Dan di temukan Nisa telah kaku dan membiru..

Allah… bagaimana mungkin secepat ini, sempatkah ia menyebut namaMu? Betapa sakitnya sakaratul maut yang ia rasakan, dan dia menghadapinya sendiri, Rabb adakah namaMu dia ucapkan? Baru saja kurasa mengenalnya, baru saja dia mengatakan ingin mengenal islam lebih jauh, beru kemarin ku rasa dia mengatakan ingin menggunakan jilbab lebar sepertiku. Masih dapat ku ingat dengan jelas ketika aku bermain ke rumahnya, dia minta aku meminjamkan jilbab hitam lebar yang aku gunakan saat itu sebentar saja. Dia memakainya berdiri di depan cermin dengan senyuman yang sangat manis, Nisa begitu cantik dengan jilbab lebar yang aku pinjamkan padanya. Lalu dia memperagakan wajah malu-malu katanya jika adaikhwan yang mengkhitbahnya, diaakan mengangguk malu seperti ini.Aku tertawa terpingkal-pingkal saat itu, namun sekarang ketika mengingatnya malah yang kurasakan perih yang amat sangat, di sini, di hatiku..

Teman membisikkan kalau ambulans yang mengantar jenazah menuju ke kampung halamanya akan segera berangkat, Nisa akan dikebumikandi kampungnya, kami pun berkumpul di sekitar ambulans mengantar kepergian Nisa. Melihatnya untuk terakhir kalinya, Serine segera menggelgar, memecah keheninganmalam saat itu, Ambulans yang berisi jasad Nisa terlah pergi, Nisatak ada lagi, namun di sini di hati ini dia tetap ada, Semangat hidupnya menjadi kakuatanku, Nisa sahabatku yang cantik, selamat jalan. Sampaikan salamku pada Rabb kita, Aku yakin niatmu yang tulus telah terukir dengan indah di buku amalanmu. Tersenyumlah kawan, kau begitu cantik dengan senyummu.

Tunggu aku, akupun pasti akan menyusulmu, di sana di JannahNya.. pergilah..Kulepas kau dengan ikhlas.. Dengan Senyum..
KESETIAAN

Namaku santi dan aku memiliki sebuah kisah cinta yang memberikanku sebuah pengajaran tentangnya. Ini bukanlah
sebuah kisah cinta hebat dan mengagumkan seperti dalam novel-novel romantis, tetapi tetap bagiku ia adalah kisah
yang jauh lebih mengagumkan dari semua novela tersebut.

Ini adalah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda Alhabsyi dan ibuku, Yasmine Ghauri. Mereka bertemu di sebuah
majlis resepsi pernikahan dan kata ayahku dia jatuh cinta pada pandangan pertama ketika ibuku masuk ke dalam
ruangan. Saat itu dia tahu, inilah wanita yang akan dikahwininya. Ia menjadi kenyataan dan mereka telah bernikah
selama 40 tahun dengan tiga orang anak. Aku anak sulung, telah kawin dan memberikan mereka dua orang cucu.
Ibu bapaku hidup bahagia dan selama bertahun-tahun telah menjadi ibu bapa yang sangat baik bagi kami,
membimbing kami dengan penuh cinta kasih dan kebijaksanaan.

Aku teringat suatu hari ketika aku masih berusia belasan tahun. Beberapa saudara kami mengajak ibuku pergi ke
pembukaan pasar raya yang menjual alat-alat keperluan rumah tangga. Mereka mengatakan hari pembukaan adalah
waktu terbaik untuk berbelanja barang keperluan kerana barang sangat murah dengan kualitas yang tinggi.
Tapi ibuku menolaknya kerana ayahku sebentar lagi akan pulang dari kerja. Kata ibuku,”Ibu tak akan pernah
meninggalkan ayahmu sendirian”.

Perkara itu yang selalu ditegaskan oleh ibuku kepadaku. Apapun yang terjadi, sebagai seorang wanita, aku wajib
bersikap baik terhadap suamiku dan selalu menemaninya dalam keadaan apapun, baik miskin, kaya, sehat maupun
sakit. Seorang wanita harus menjadi teman hidup suaminya. Banyak orang tertawa mendengar hal itu. Menurut
mereka, itu hanyalah lafaz janji pernikahan, omongan kosong belaka. Tapi aku tetap mempercayai nasihat ibuku.
Sampai suatu hari, bertahun-tahun kemudian, kami sekeluarga mengalami berita duka. Setelah ulang tahun ibuku yang
ke-59, ibuku terjatuh di kamar mandi dan menjadi lumpuh. Doktor mengatakan kalau saraf tulang belakang ibuku
tidak berfungsi lagi, dia harus menghabiskan sisa hidupnya di pembaringan.

Ayahku, seorang lelaki yang masih sihat di usia tuanya. Tetapi dia tetap setia merawat ibuku, menyuapinya, bercerita
segala hal dan membisikkan kata-kata cinta pada ibu. Ayahku tak pernah meninggalkannya. Selama bertahun-tahun,
hampir setiap hari ayahku selalu menemaninya. Ayahku pernah mengilatkan kuku tangan ibuku, dan ketika ibuku
bertanya ,”Untuk apa kau lakukan itu? Aku sudah sangat tua dan bodoh sekali”.
Ayahku menjawab, “Aku ingin kau tetap merasa cantik”.

Begitulah pekerjaan ayahku sehari-hari, merawat ibuku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Suatu hari ibu berkata padaku sambil tersenyum,”Kau tahu, Linda. Ayahmu tak akan pernah meninggalkan aku…kau
tahu kenapa?”

Aku menggeleng, dan ibuku berkata, “Kerana aku tak pernah meninggalkannya…”
Itulah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda Alhabsyi dan Ibuku, Yasmine Ghauri, mereka memberikan kami
anak-anaknya pelajaran tentang tanggungjawab, kesetiaan, rasa hormat, saling menghargai, kebersamaan, dan cinta
kasih. Bukan dengan kata-kata, tapi mereka memberikan contoh dari kehidupannya.



Kisah Cinta Sedih Sepanjang Sejarah


Kisah Cinta kali ini benar-benar salah satu Kisah Paling Sedih & Paling Mengharukan sepanjang sejarah percintaan. Mudah-mudan kita semua tidak akan pernah mengalami seperti apa yang
ada pada Kisah Cinta Paling Sedih ini. Dan semoga kita semua dapat mengambil pelajaran / hikmah di balik Cerita cinta paling sedih dan paling mengharukan berikut ini.

Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Muha. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman, diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.

Muha adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?

Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.

Muha tumbuh besar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang remaja yang cantik dan mempunyai akhlak mulia serta taat beragama. Meski dalam kondisi sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit kronisnya kambuh yang memaksanya berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.

Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang pemuda tampan datang meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya…kecuali kesehatan, meskipun kesehatan adalah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?

Bukankah ia juga berhak untuk menikah dan melahirkan anak-anak yang akan mengisi dan menyemarakkan kehidupannya sebagaimana layaknya wanita lain?

Demikianlah hari berganti hari bulan berganti bulan si pemuda memberikan bantuan materi agar si gadis meneruskan pengobatannya di salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Terlebih lagi dorongan moril yang selalu ia berikan.

Hari berganti dengan cepat, tibalah saatnya persiapan pesta pernikahan dan untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

Beberapa hari sebelum pesta pernikahan, calonnya pergi untuk menanyakan pengerjaan gaun pengantin yang masih berada di tempat si penjahit. Gaun tersebut masih tergantung di depan toko penjahit. Gaun tersebut mengandung makna kecantikan dan kelembutan. Tiada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Muha bila melihat gaun tersebut.

Pastilah hatinya berkepak bagaikan burung yang mengepakkan sayap putihnya mendekap langit dan memeluk ufuk nan luas. Ia pasti sangat bahagia bukan karena gaun itu, tetapi karena beberapa hari lagi ia akan memasuki hari yang terindah di dalam kehidupannya. Ia akan merasa ada ketenangan jiwa, kehidupan mulai tertawa untuknya dan ia melihat adanya kecerahan dalam kehidupan.

Bila gaun yang indah itu dipakai Muha, pasti akan membuat penampilannya laksana putri salju yang cantik jelita. Kecantikannya yang alami menjadikan diri semakin elok, anggun dan menawan.

Walau gaun tersebut terlihat indah, namun masih di perlukan sedikit perbaikan. Oleh karena itu gaun itu masih ditinggal di tempat si penjahit. Sang calon berniat akan mengambilnya besok. Si penjahit meminta keringanan dan berjanji akan menyelesaikannya tiga hari lagi. Tiga hari berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya hari pernikahan, hari yang di nanti-nanti. Hari itu Muha bangun lebih cepat dan sebenarnya malam itu ia tidak tidur. Kegembiraan membuat matanya tak terpejam. Yaitu saat malam pengantin bersama seorang pemuda yang terbaik akhlaknya.

Si pemuda menelepon calon pengantinnya, Muha memberitahukan bahwa setengah jam lagi ia akan pergi ke tempat penjahit untuk mengambil gaun tersebut agar ia dapat mencobanya dan lebih meyakinkan bahwa gaun itu pantas untuknya. Pemuda itu pergi ke tempat penjahit dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi terdorong perasaan bahagia dan gembira akan acara tersebut yang merupakan peristiwa terpenting dan paling berharga bagi dirinya, demikian juga halnya bagi diri Muha.

Karena meluncur dengan kecepatan tinggi, mobil tersebut keluar dari badan jalan dan terbalik berkali-kali. Setelah itu mobil ambulans datang dan melarikannya ke rumah sakit. Namun kehendak Allah berada di atas segalanya, beberapa saat kemudian si pemuda pun meninggal dunia. Sementara telepon si penjahit berdering menanyakan tentang pemuda itu. Si penjahit mengabarkan bahwa sampai sekarang ia belum juga sampai ke rumah padahal sudah sangat terlambat.

Akhirnyai penjahit itu tiba di rumah calon pengantin wanita. Sekali pun begitu, pihak keluarga tidak mempermasalahkan sebab keterlambatannya membawa gaun itu. Mereka malah memintanya agar memberitahu si pemuda bahwa sakit Muha tiba-tiba kambuh dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit. Kali ini sakitnya tidak memberi Muha banyak kesempatan. Tadinya sakit tersebut seakan masih berbelas kasih kepadanya, tidak ingin Muha merasa sakit. Sekarang rasa sakit itu benar-benar membuat derita dan kesengsaraan yang melebihi penderitaan yang ia rasakan sepanjang hidupnya yang pendek.

Beberapa menit kemudian datang berita kematian si pemuda di rumah sakit dan setelah itu datang pula berita meninggalnya sang calon pengantinnya, Muha.

Demikian kesedihan yang menimpa dua remaja, bunga-bunga telah layu dan mati, burung-burung berkicau sedih dan duka terhadap mereka. Malam yang diangan-angankan akan menjadi paling indah dan berkesan itu, berubah menjadi malam kesedihan dan ratapan, malam pupusnya kegembiraan.

Kini gaun pengantin itu masih tergantung di depan toko penjahit. Tiada yang memakai dan selamanya tidak akan ada yang memakainya. Seakan gaun itu bercerita tentang kisah sedih Muha. Setiap yang melihatnya pasti akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya.



 

Kenangan Derita


Siang itu sebuah awan gelap menutupi sinar mentari yang ingin berbagi keceriaanya.Terlihat di ujung pandangan seorang lelaki yang menyendiri dan menulis di kertas kecilnya. Sebut saja nama lelaki itu adalah
abi...

Pencil yang berwarna biru menari-menari diatas kertas kosong dan menghasilkan gambar sesosok wanita yang cantik, disebelah gambar itu tertulis nama "andin". Ketika abi sedang asyiknya melukiskan apa yang dirasakannya, tiba-tiba seorang teman datang menghampirinya, "lagi apa lo sob?", tanya seorang teman yang bernama rudi. Tapi abi tak menjawab dan hanya menggerakkan jadinya diatas kertas itu. Rudi bingung melihat sobatnya tak seperti biasanya. "Kenapa lo?", tanya rudi lagi. Dari diam seribu bahasa, akhirnya abi menjawab pertanyaan rudi dengan kata-kata yang sangat singkat, "ga ada apa-apa sob". Mendengar jawaban dari abi, rudi langsung terdiam dan mencoba untuk mencari tahu apa yang di pikirkan oleh abi, dia pun lalu melihat sebuah kertas kecil milik abi, "ou jadi si andin yang buat lo kaya' gini". Abi lalu melihat ke arah rudi, "bukan-bukan dia, tapi gua sendiri yang buat gua kaya' gini", jawab abi.

Hari semakin gelap, perhalan rintik-rintik air kecil jatuh ke bumi dan membasahi tanah dan rerumputan yang sudah mengering. Tak ada satupun orang yang terlihat di halaman kampus itu, tapi masih terdengar suara riuh dan ramai di dalam ruangan-ruangannya. Terlebih lagi sebuah ruangan yang menjadi markas dari anak-anak pecinta alam. "Haahaahahaha...jadi si cupu itu nembak lo andin? ga nyadar diri apa dia!!!", "Hus lo jangan ngomong gitu donk Lus, ntar si andin ngambek lagi gebetannya dihina huahauahua!!!". Begitu kata-kata teman andin kepada andin yang bernama ratih dan lusi, begitu bahagianya mereka menghina sahabat mereka sendiri, yaitu andin. Andin kemudian menjawab kata-kata mereka, "Pd bener tuh si cupu!!!, ga ngaca dia!!!", jawab andin. Wah ternyata andin juga tak jauh berbeda dengan teman-temannya. Memang siapa yang mereka katakan cupu?, mungkin itu yang kita pikirkan, tiba-tiba mereka berkata lagi "eh lihat tuh si cupu datang!!!", kata teman-teman andin ketika melihat abi menghampiri andin. Ou jadi abi yang mereka maksud dengan sicupu!!!.

"Andin aku butuh ngomong ama kamu, aku mau kamu...", kata abi dengan sopan kepada andin. Tapi andin malah memotong perkataan abi dengan sombongnya "mau apa lo kesini, lo tu buat malu gua tahu ga!!!, ga ngaca apa lo!!! tampang lo mines kaya gitu!!!". Abi terkejut mendengar perkataan andin, dan lalu menjawab kata-kata yang sangat menyakitkan dari andin, "aku tahu mungkin aku ga pantas buat kamu, tapi kamu harus tahu, kalau aku sangat menyaangi kamu, lebih daripada sayangku kepada diriku sendiri". "Haahahahaha....!!! sok pujangga lo!!!, yuk ah ndin kita pergi aja, daripada ngedengar omongan sicupu ini!!!", kata lusi. Mereka lalu pergi meninggalkan abi yang hanya terdiam dengan sebuah kertas yang telah digambarnya berada di tanggannya.

Malam itu keheningan dan sepi dirasakan oleh abi, tak ada seorang pun yang mengerti apa dirasakannya, termasuk nyanyian jangkrik yang seakan menghina dirinya seperti yang dilakukan andin dan teman-temannya. Hanya cahaya rembulan yang redup mencoba untuk menghibur kesunyian abi, sinarnya seakan membatu abi menulis di kertas kecilnya. Ya memang abi selalu mencurahkan isi hatinya pada sebuah kertas kecil itu, seakan hanya kertas itulah tempatnya berbagi.

Esok hari mentari begitu cerahnya menerangi angkasa, suasana terlihat begitu bahagianya di kampus itu, tapi tidak dengan abi yang selalu terdiam sendiri semenjak dia menyatakan perasaannya kepada andin. Namun abi tak seakan tak pernah putus asa, dia lalu mendatangi andin lagi. Perlahan ia melangkahkan kakinya untuk menemui seorang yang sangat dicintainya, matanya seakan terus mencari dan melihat keberadaan andin, hingga akhirnya ia melihat andin sedang bercanda gurau dengan teman-temannya.

"Hai ndin,...maaf aku nganggu kamu lagi...", kata abi. Tapi lagi-lagi mereka menjawab dengan sombongnya, "mau apa lo kesini lagi!!! dasar ga punya malu lo ya!!!, eh lo kalau lo benar suka ama andin, lo harus buktiin ke kita-kita!!!, kata ratih. "Emang gimana cara aku buktiin kalau aku benar-benar sayang ke andin?", jawab abi. "Lo bisa ga ngambil bunga kesukaan andin?, kaya'nya lo ga bisa deh...lo kan cupu!!!", tanya ratih lagi dengan ketus. "Apa bunga yang kamu suka ndin?", tanya abi kepada andin. "Bunganya tu edelwis, tapi harus yang dari tempatnya!!! bisa ga?!!!", kata lusi dengan sombongnya. "Benar kamu suka edelwis?", tanya abi lagi kepada andin. Andin hanya menjawab pertanyaan abi dengan senyum di wajahnya. Entah apa arti dari senyum itu, apakah sebuah senyum yang tulus atau kemunafikan.

Abi seakan senang dengan tantangan dari andin dan teman-temannya itu, ia lalu pergi menemui rudi. Dan dia menceritakan apa yang dikatakan andin dan teman-temannya kepadanya, mendengar hal ini rudi sangat terkejut dna berkata "wah gila lo sob, ampe segitunya banget...cewekkan ga cuma dia doank, lagian lo kan belum pernah daki gunung, kita ga tahu keadaannya gimana". "Gua mohon sob, ga ada lagi orang yang bisa bantu gua", kata abi. Rudi lalu terdiam sesaat, dan kemudian berkata, "hmmm...ok karena lo yang minta, tapi sekali ni aja ya". Terlihat senyum di wajah abi, pertanda ia sangat bahagia mendengar jawaban dari rudi. "Kapan kita berangkat?, tanya rudi. "Besok aja haahahah....", jawab abi. "Gila lo hehehehe...", kata rudi.

Sementara itu di tempat andin dan teman-temannya, terdengar tawa yang begitu kerasnya..."hahahaha....mana mungkin si cupu itu bisa ngambil bunga edelwis", "tapi gimana kalau bisa?", kata andin. "Ya berarti lo harus pacaran ama dia donk hahahhaa!!!!", sindir ratih. Ketika mereka sedang asyiknya tertawa, tiba-tiba lusi mendatangi mereka dan langsung berkata "eh teman-teman, tadi gua dengar kabar kalau abi dan temannya bakal berangkat ngambil bunga edelwis, wah berani juga gebetan lo din haahahaha", kata lusi sambil tertawa. "Gua yakin dia ga bakal bisa...", kata andin menjawab perkataan teman-temannya sambil tersenyum kecil.

Hari-hari berlalu, sudah harmpir 5 hari semenjak abi dan rudi pergi mengambil edelwis. Tidak ada lagi seorang lelaki yang menggangu andin, begitu yang dipikirkannya, mungkin ia merasa tenang dengan tantangan yang diberikannya kepada abi, sehingga membuat abi tak lagi mendatanginya. "Eh gimana kabar kebetan lo ndin?", tanya lusi. "Iya nih, dah lima hari, kaya'nya dia gagal...mana mungkin dia bisa ngambil bunga edelwis, dia belum pernah daki gunung kan!!", balas ratih. Tapi tiba-tiba mereka melihat rudi sedang berjalan ke arah mereka. "wah guys tu sobatnya si cupu,,,kaya'nya dia kesini", kata ratih. Rudi berjalan dengan perlahan mendekati andin dan teman-temannya.

"Mana sobat lo sicupu?", kata ratih dengan tawanya. "Eh diam lo, gua ga butuh ngomong ama lo, gua cuma mau ngomong ama andin", jawab rudi. "Eh lo jangan ketus gitu ya...emang benar kok teman gua, mana sobat lo si abi cupu!!?", balas andin.
"Wah ternyata dugaan gua benar, lo tu sama sekali ga cocok buat teman gua!!!", jawab rudi. "Eh lo suruh sobat lo ngaca ya!!!, tampang minus gitu sok amat!!!", kata andin lagi. Ketika mereka sibuk beradu kata, rudi lalu menunjukkan sebuah bunga kepada andin. "Nih bunga yang lo minta, jangan kira abi ga bisa ngambilnya, lo harusnya bangga punya seorang yang benar-benar sayang ke diri lo!!!, lo pikir teman-teman lo ini lebih baik dari abi?, asal lo tahu mereka ngomongin lo dibelakang", kata rudi dengan marah.

Teman-teman andin lalu terdiam, dan seakan malu dan langsung meninggalkan andin dan rudi. Andin pun terkejut melihat tingkah teman-temannya itu, dan lalu berkata lagi kepada rudi, "maafin gua, tapi gua benar-benar ga ada niat untuk nyakitin abi". Rudi lalu menjawab kata-kata andin, "mending lo minta maaf aja langsung ke abi", kata rudi dengan mata yang berkaca-kaca. "Mana abi, gua mau ngomong ama dia", tanya andin. Rudi terdiam sesaat dan perlahan air mata jatuh dari matanya yang berkaca-kaca, lalu ia berkata dengan bibir yang bergetar "lo dah terlambat din, cuma bunga ini yang dititipkan abi ke gua sebelum...". Tapi andin langsung memotong perkataan rudi, "emang abi kenapa?",..."Abi...abi...", kata rudi yang lalu terdiam. "Abi kenapa!!!!?", kata andin sambil berteriak. "Abi kecelakaan ketika kami akan turun gunung, dan abi ga tertolong...gua tahu lo ga suka ama abi, gua mohon maafin kesalahan dia, dan tolong terima bunga ini, lo tahu,,,abi bahagia banget ketika bawa bunga ini, cuma bunga ini yang dipikirkannya, dan cuma lo nama terakhir yang diucapkannya ketika nafas terakhirnya...", kata rudi sambil menangis.

Andin hanya terdiam, dan terdiam. Terlihat tetesan air mata jatuh bagaikan bersayap dari matanya. Apakah andin menyesali apa yang telah dilakukannya?,,,dan apakah andin merasakan kehilangan seorang yang benar-benar menyayanginya?..."Maafin aku abi", kata andin sambil mencium sebuah bunga kenangan itu.

Malam ini aku sebenarnya masih ingin bersama Kak Renosa terus. Tapi, ternyata mama menjemputku. Padahal tadinya Kak Renosa berniat mengajak aku pegi nonton konser setelah pulang dari pentas Pramuka. Terpaksa gagal acara nonton konser bersama Kak Renosa.
Tapi kenapa aku jadi kesal ya gara-gara acaraku dan Kak Renosa gagal? Nggak mungkin kan aku ada rasa sama Pembina Pramukaku itu. Apa mungkin karena tadi siang aku habis putus sama Putra, jadi aku ngrasa kesepian. Sehingga acara pergi bersama Kak Renosa aku anggap sebagai obat sakit hati. Ah biarlah. Besok perasaan ini pasti juga sudah hilang.
Oh Tuhan! Pagi ini Kak Renosa mengirimi aku sms untuk membangunkanku dari mimpi. Kenapa aku merasa keGRan begini? Apa mungkin gara-gara kejadian semalam, telah menumbuhkan benih-benih cinta? Jangan sampai terjadi deh! Gak umum banget kalau sampai terjadi.
Sejak sore, Kak Renosa sudah ngajak aku smsan. Biasa, isinya cuma sekedar basa-basi. Aku pun juga tidak terlalu peduli. Karena aku masih sedikit memikirkan Putra. Hingga akhirnya aku benar-benar terkejut dan peduli dengan sms Kak Renosa yang satu ini.
From:
K.Re : Y km gmn, mau ga. Eh seandai y km jd pacar q gt gmn y. Menurut km bs pa ga. Eh ni seandaine lo. Km mau pa ga ?

Satu sms ini sudah bikin aku langsung mau pingsan. Belum lagi sms yang selanjutnya. Lalu di akhir sms, Kak Renosa benar-benar nembak aku. OMG !!! Aku langsung cerita aja ke Laurent, sahabatku. Dan Laurent pun sama gak percayanya kayak aku. Dia bahkan berkata,”Rhasya, Kak Re itu masih termasuk guru kita!!! Umurnya pun pasti di atas 25 tahun. Sedangkan kamu sendiri masih kelas 3 SMP. Emangnya kamu mau? Dan ingat, Kak Re masih punya pacar.”
Aku pun memutuskan untuk menjawab perasaan Kak Re besok. Tidurku nggak bisa nyenyak, bahkan Kak Re sampai kebawa di mimpi. Aku terbayang-bayang wajah Kak Re terus.
Hari ini aku ada pembinaan Pramuka tambahan selama 2jam. Otomatis aku bakal ketemu Kak Re. Aku benar-benar belum siap untuk ketemu Kak Re. Karena aku juga belum nyiapin jawaban perasaanku. Pada waktu ketemu di depan R. Kepala Sekolah, Kak Re bertanya dengan keras,”Gimana jadinya?”. Aku cuma bisa tersenyum. Di akhir pembinaan pun Kak Re juga menanyakan hal itu lagi sambil menarik-narik tasku. Aku jadi semakin bingung. Aku belum siap jawabannya. Tapi di sisi lain, sepertinya Kak Re serius nembak aku. Cuma status kita itu Pembina dan murid. Jadi aku mesti mikir dua kali untuk menjawab pertanyaan itu. Belum lagi Kak Re yang masih punya pacar. Aku benar-benar nggak konsen seharian ini.
Pulang sekolah, Kak Re melanjutkan sms yang kemarin. Aduh, mau aku balas tapi ragu-ragu, nggak dibalas malah kasihan Kak Re. Akhirnya aku balas tapi dengan jawaban yang sama. Yaitu “Bingung”. Mau nggak mau aku harus jawab besok pagi. Aku sudah janji sama Kak Re. Dan janji harus ditepati. Dan malam ini aku kembali nggak bisa tidur lagi.
Esok ini, aku sudah menunggu Kak Re di depan ruangannya. Tapi tiap aku mau ngomong, aku selalu bimbang. Akhirnya kutunda hingga pulang sekolah. Padahal, selama pulang sekolah aku sama Kak Re terus di sanggar Pramuka. Entah kenapa aku masih bimbang juga. Aku pun pulang dengan perasaan yang masih terbebani.
Akhirnya kuputuskan buat jawab lewat sms. Aku tunggu beberapa jam, smsku belum dibalas-balas juga. Akupun berpikir, mungkin Kak Re sudah lelah menanti jawaban dariku. Tapi sore harinya, smsku dibalas juga. Lalu dengan segera, aku langsung jawab pertanyaan Kak Re.

To:
K.Re : Qw jwb “IYA”…
Cuma 3 kata itu yang aku kirimkan. Dan kita pun jadian juga. Awalnya, aku ngrasa nggak yakin dengan kisah cinta ini. Baru 2hari jadian, aku sempat berpikir buat mutusin dia karena faktor status. Tapi Laurent melarangku. Dia bilang itu sama saja aku mempermainkan Kak Re. Akhirnya aku coba jalani semua ini. Dan ternyata berhasil. Perlahan-lahan aku mulai terbiasa dengan cara pacaran kita yang “Backstreet”. Walaupun begitu, ada satu yang masih tertinggal di hatiku. Pacar Kak Re. Aku nggak mau dituduh yang enggak-enggak. Aku sudah berusaha bilang pada Kak Re kalau aku nggak mau diduakan. Tetapi Kak Re hanya bisa berkata,”Sabar.”

Tak terasa hubungan kita sudah 2 minggu. Dan di minggu kedua inilah mulai timbul masalah. Sewaktu aku telepon Kak Re, dia cerita kalau pacarnya tahu hubunganku dengan Kak Re. Aku pun takut setengah mati. Apalagi pacarnya lebih tua daripada aku. Bisa-bisa aku dilabrak. Sebenarnya ini juga salahku sendiri kenapa mau menerima Kak Re. Di telepon itulah aku langsung mutusin Kak Re. Paginya, Kak Re bersikap seolah tidak pernah putus. Aku sempat menghindar. Karena aku sendiri nggak rela mutusin Kak Re. Pulang sekolah, Kak Re ngajak aku ngobrol. Terus aku coba tegasin hubungan kita sekarang. Tapi Kak Re meminta untuk tetap lanjut. Jujur, aku juga masih ingin bersama Kak Re. Aku pun menerima Kak Re kembali.
Setelah kejadian itu, kupikir sudah tidak ada lagi kejadian lain yang terjadi di antara kita. Tapi ternyata dugaanku meleset. Seminggu kemudian saat aku baru saja bangun dari tidur siang, tiba-tiba aku mendapat sms dari nomer tak dikenal. Setelah kubaca isinya, aku langsung sadar kalau itu adalah sms dari pacar asli Kak Re. Aku benar-benar takut kali ini. Tanpa pikir panjang, aku segera mutusin Kak Re lagi lewat sms.
Ini benar-benar keputusan terakhirku. Sejak saat ini dan selamanya, aku nggak mau dekat lagi sama Kak Re. Walaupun sebagai muridnya. Aku sudah terlanjur sayang dan cinta banget sama Kak Re, tapi sekarang aku juga sudah terlanjur sakit hati. Aku benar-benar nggak mau lihat muka Kak Re lagi di sekolah.
Hari ini, aku sengaja menghindar dari Kak Re. Tiap aku tahu Kak Re mau lewat jalan yang sama kayak aku, aku selalu sembunyi di kelas terdekat. Sampai istirahat pertama, aku berhasil menghindar dari Kak Re. Aku cuma ngelihat mukanya dari jauh. Aku nggak pingin Kak Re tahu kalau aku masih merhatiin dia.
Ketika aku duduk rame-rame dengan teman-teman se-genk di kantin, Bu Yuni menyuruhku untuk fotocopy daftar nilai di kantor. Ugh, sia-sia usahaku menghindar dari Kak Re hari ini. Karena di sekolah, Kak Re lah yang biasa melayani untuk fotocopy. Berarti aku mau nggak mau harus ketemu Kak Re juga. Pas sudah sampai di kantor, aku Cuma bilang fotocopy, sedetikpun tidak memandang wajahnya. Lalu katanya, “Tinggal aja dulu. Masih antri soalnya.”. Tanpa basa-basi aku langsung meninggalkan kantor. Benarnya nggak sopan juga. Tapi kali ini aku nggak peduli sama etika kesopanan kalau berhadapan sama Kak Re. Soalnya aku benar-benar sakit hati. Setengah jam kemudian, aku mengambil fotocopyan itu. Aku juga nggak bilang makasih sedikitpun. Dan saat aku membaca mading, Kak Re kebetulan lewat dan memegang pundakku seraya bertanya,”Nggak pulang tah?”. Tapi aku sama sekali menggubrisnya. Benar-benar bukan sikap murid pada umumnya. Yah…Cinta ini juga tidak semestinya. Hari pertama setelah aku putus dengan Kak Re begitu berat bagiku. Malamnya aku langsung sms supaya besok bisa ngomong sebentar cuma buat ngejelasin masalah ini.
Berhari-hari aku sudah berusaha nyempetin waktuku buat ngomong sama Kak Re. Karena ku ngrasa ada yang masih tertinggal di hatiku kalau aku nggak ngomong langsung sama Kak Re. Tetapi berhari-hari juga Kak Re sibuk. Jadi gak ada waktu buat ngomong sama aku.
Ya beginilah akhir kisahku dengan Kak Re. Yang hanya menyisakan puing-puing hati yang sudah hancur. Tak terasa seminggu lebih kulalui tanpa Kak Re. Entah kenapa bayangan Kak Re masih menghantui hari-hariku. Mimpiku selalu dipenuhi kehadiran Kak Re. Semuanya tentang Kak Re belum bisa hilang dari hatiku. Aku sudah berusaha mencobanya. Rupanya sia-sia. Aku benar-benar masih sayang Kak Re.
Suatu malam, Kak Re meneleponku. Dia berkata kalau dia juga masih sayang aku. Tetapi dia bingung harus gimana. Dia bilang biar waktu saja yang menjawab. Katanya, walaupun aku dulu cuma kekasih gelapnya, tapi cinta dia sempat dalem ke aku. Kata-kata Kak Re malam itu semakin membuat aku nggak bisa lupain dia.
Untuk waktu ke depan, aku nggak mau pacaran dulu. Aku ingin menyimpan rasa sayangku ke Kak Re untuk sementara waktu sampai aku benar-benar melupakannya. Biarlah semua yang indah menjadi kenangan yang terus tersimpan dalam lubuk hatiku. Biarlah yang pahit kubuang bersama rasa sakit hatiku ini. Cukup satu kali aku merasakan pacaran dengan guru. Akan aku jadikan pengalaman yang tak akan pernah terulang.
Buat semua yang baca kisah ini, jangan pernah ditiru. Karena di akhirnya kalian bakal ngrasain susah sendiri. Mencintai seseorang yang tidak selayaknya dicintai. Memendam cinta yang tak semestinya. Berat sekali untuk diri kita.



Kisah Cinta Sejati itu Nyata, ini Bukti nya..Di jamin Terharu


Cinta Sejati itu... Hmmm... akan jadi berbeda-beda persepsi seseorang saat ditanya tentang apa itu cinta sejati. Ada yang bilang kalau cinta sejati itu ketika menjaga hubungan dan saling setia sampai akhir hayat. Ada pula yang bilang kalau menerima kekurangan dan kelebihan pasangan apa adanya sampai selamanya itu cinta sejati atau tetap saling mencintai walau tidak bisa saling memiliki dan cinta nya tak lekang oleh waktu?
Tetapi kali ini Anda akan kami buat setuju bahwa lima kisah cinta sejati ternyata ada di dunia nyata ini bukan dongeng semata. Kumpulan kisah ini adalah bentuk nyata cinta yang mendalam dan sejati  yang menyimpulkan sipu dan air mata haru...

Ahmad dan Fatima



Kedua pasangan muda ini sama-sama diciptakan memiliki 'kelebihan' tersendiri di dalam hidupnya. Dan keduanya percaya bahwa mereka dipertemukan satu sama lain untuk saling melengkapi.

Ahmad yang tak dikaruniai sepasang tangan namun memiliki kaki yang lengkap. Dan, Fatima yang dikaruniai sepasang tangan sempurna, namun tak memiliki kaki sempurna.
"Dan aku akan menjadi kedua tanganmu, sementara kau menjadi kedua kakiku..."


Emilie Gossiaux dan Alan Lundgard











Emilie adalah gadis cantik yang ceria. Suatu hari ia sedang bersepeda usai beraktivitas, dan tanpa ia sadari sebuah truk gandeng melaju terlalu pesat dan menabrak dirinya. Tulang-tulangnya hancur, wajahnya remuk, ia juga kehilangan penglihatan serta pendengarannya di usianya yang masih muda, 21 tahun. Team dokter pesimis ia akan kembali pulih, bahkan menurut mereka ia tak akan pernah bangun lagu. Merekapun menyarankan untuk membawa Emilie pulang.
Alan Lundgrand adalah kekasih Emilie, yang menunjukkan kesetian dan cinta sejatinya. Ia menolak keputusan dokter kepada Emilie, dan berusaha untuk memberikan perawatan sendiri pada Emilie. Suatu hari, di pagi buta, tercetus ide di benak Alan untuk berkomunikasi dengan Emilie melalui sentuhan telapak tangan. Ia menulis kata 'Aku mencintaimu' di sana. Ajaibnya, Emilie bisa menerjemahkan pesan itu dan membalas pernyataan Alan dengan ucapan terima kasih. Hal tersebut tidak membuat Alan menyerah, setiap hari ia berusaha mengajak Emilie berbicara hingga akhirnya ia mengingat segala sesuatu. Kini Emilie memang buta, tetapi ia tak pernah berubah menjadi orang lain, ia tetap menjadi dirinya sendiri.

Taylor Morris dan Daniella Kelly











Bahwa ketulusan cinta sejati itu luar biasa. Demikianlah yang ditunjukkan Daniella kepada Taylor kekasihnya.
Taylor Morris adalah seorang peneliti yang bekerja di angkatan laut. Saat itu usianya 23 tahun dan harus bertugas. Ia mengalami kecelakaan parah dalam tugasnya tersebut. Kedua kaki dan tangannya terpaksa harus diamputasi karena ledakan yang parah.
Kekasihnya Daniella tak lantas pergi meninggalkannya. Ialah yang menjadi sumber semangat bagi Taylor. Dan saat Taylor memperoleh penghargaan militer, ia lebih ingin menyematkannya pada Daniella, pahlawan baginya.
"Semuanya akan terasa sangat berat bila Daniella tak mendukungku dan berada di sisiku sepanjang waktu. Ia pahlawanku."

Cinta Sehidup Semati di Italia Utara











Di sebuah wilayah Italia utara, ditemukan kerangka manusia yang sedang berpelukan. Dipercaya mereka adalah sepasang kekasih yang usianya tak lebih dari 20 tahun. Dan kerangka tersebut telah terkubur di sana sejak 6.000 tahun yang lalu.
Begitulah kiranya cinta itu kekal. Sehidup. Semati.

Semuanya Tak Akan Berubah, Sayang











Jonathan Stampf memposting sebuah foto romantis sekaligus mengharukan.
Cerita ini adalah tentang kedua orang tuanya, di mana ayahnya masih mengingat momen-momen di mana almarhum istrinya masih ada.
Di sebuah kursi tua taman itu, mereka pernah duduk dan bercanda. Kursi itu mungkin sudah menua dan pudar warnanya, namun kenangan bersama istri tercinta tak pernah pudar, selamanya.

Dian Syarif dan Eko Priyo Pratomo












Dian Syarif adalah seorang penderita penyakit 'Lupus' yaitu penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengidap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahun nya. Dan saat ini Dian mengalami kebutaan dan pengakatan rahim, namun suami nya Eko Priyo Utomo tetap setia mendampingi nya. 
Dian memang boleh berbangga dan berbahagia memilki suami yang setia seperti Mas Eko, Setia, bukan hanya pada saat senang, tapi juga saat Dian sedang terpuruk dalam hidup. Presiden Direktur PT. Fortis Investment ini pun merasa bersyukur dititipi Dian sebagai istrinya, karena melalui Dian, tujuan hidupnya pun semakin terarah. Lalu, apa arti pernikahan bagi mereka? "Dalam pernikahan, hal yang penting adalah toleransi, keterbukaan, komunikasi, dan tentu saja cinta. Menurut saya, kekuatan cinta dapat menimbulkan keajaiban, mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin, bisa menjadi sumber energi, menimbulkan semangat serta gairah hidup, "ungkap Dian dengan hati berbunga.


Tidak ada komentar: